Jumat, 04 Maret 2016

Gerhana Bukan Suatu Tanda Malapetaka Atau Bencana Besar

Gerhana Bukan Suatu Tanda Malapetaka Atau Bencana Besar

Gerhana Bukan Suatu Tanda Malapetaka Atau Bencana Besar (Amalkan.com)
-  Gerhana matahari atau gerhana bulan sungguh merupakan sebuah tontonan yang hebat. Kata "eclipse" (gerhana) berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu "ekleipsis" yang berarti "peninggalan" atau "pelalaian". Hal ini yang menunjukan betapa orang-orang purba takut akan drama langit ini.

Ketika matahari ataupun bulan lenyap dari pemandangan, hal ini tampak benda langit itu sungguh-sungguh meninggalkan umat manusia.

Gerhana matahari atau bulan, disangka merupakan tanda-tanda kurang baik atau bencana, seperti perang, penyakit sampar, kematian seseorang pangeran, bahkan dianggap dari akhir dunia itu sendiri.

Sampai hari ini, bangsa-bangsa tertentu yang masih sederhana membantu matahari ataupun bulan yang sedang digelapkan dengan upacara yang khidmat dan doa permohonan dengan nada yang tinggi.

Padahal kita sekarang mengetahui bahwa kejadian itu dapat dijelaskan dengan sempurna secara logis, yaitu gerhana disebabkan oleh bayangan bumi dan bulan yang besar sekali. Kedua benda langit ini gelap. Oleh karena itu, ketika kedua benda ini diterangi oleh matahari, masing-masing mempunyai bayangan yang menjulur kedalam luar angkasa, jauh dari matahari.

Allah SWT. berfirman: "(Apakah kamu tidak memperhatikan) yakni tidak melihat (kepada) ciptaan (Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang) mulai dari tenggelamnya matahari sampai dengan hendak terbitnya (dan kalau Dia menghendaki) yakni Rabbmu (niscaya Dia menjadikan bayang-bayang itu tetap) artinya tidak hilang sekalipun matahari terbit (kemudian Kami jadikan matahari atasnya) yakni bayang-bayang atau gelap itu (sebagai petunjuk) karena seandainya tidak ada matahari maka niscaya bayang-bayang atau gelap itu tidak akan dikenal."

"(Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu) yakni bayang-bayang yang memanjang itu (kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan), yaitu denganterbitnya matahari." (QS. Al-Furqan: 45-46).

Didalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 45-46 diatas, dapat memberikan petunjuk tentang dasar-dasar terjadinya sebuah "pemantulan cahaya". Ini artinya, bahwa peristiwa gerhana bukanlah suatu tanda malapetaka atau bencana besar. Melainkan sebuah tanda-tanda kebesaran-Nya yang sangat menakjubkan pemandangan dari suatu proses kejadiannya.

Gerhana, sebenarnya suatu bentuk pesona yang indah yang terjadi secara alami. Seperti terjadi pada bentuk saat gerhana total. Ketika melihat terjadinya gerhana bulan total, tampak bulan bersinar sangat mempesona dengan suatu nyala berwarna tembaga yang aneh dimalam hari.

Pada pesona gerhana matahari total, atmosfer yang mengelilingi matahari meluas demikian jauh diruang angkasa, sehingga atmosfer tidak pernah tertutup sama sekali oleh bulan.

Kita dapat melihat matahari tertutup bulan yang dikelilingi oleh suatu pijar yang indah. Pada saat mengamati gerhana matahari disiang hari, mata harus dilindungi agar terhindar dari sorotan sinar langsung dari matahari.

(Lanjut Ke: Ketika Hatimu Lelah, Ingatlah Kepada Allah)


EmoticonEmoticon