Amalkan.com - Ibadah qurban pada hakekatnya mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan mengikuti sunnah sebagai rekonstruksi napak tilas, perjalanan keluarga Nabi Ibrahim a.s. keluarga tauhid yang telah memberikan contoh refleksi kepasrahan menghambakan diri kepada Allah SWT.
Dipuncak kenabiannya, Nabi Ibrahim a.s. memenuhi perintah Allah SWT, untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya Nabi Ismail a.s.
Atas kekuasaan Allah SWT, secara tiba-tiba justru disembelih saat itu oleh Nabi Ibrahim a.s. telah berganti menjadi hewan qurban, seekor kibas (sejenis domba).
Peristiwa itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang
mentaati perintah-Nya .
Ketaqwaan Nabi Ibrahim a.s. diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan, kepasrahan menyerahkan sepenuhnya dan menghambakan diri penuh keyakinan kepada Allah SWT.
Ibadah qurban itu sendiri bukanlah daging hewan qurban yang akan sampai kepada Allah SWT.
Namun pengorbanan itulah yang mengantarkan kita kepuncak kesempurnaan sebagai hamba-hamba-Nya mencapai ketaqwaan.
Allah SWT Berfirman: “Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kalian. Demikianlah Dia menundukkan-Nya untukmu,Agar kalian mengagungkan Allah, atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang Berbuat Baik.” (QS. Al-Hajj: 37).
Ibadah qurban menjadi sebuah tonggak, yang mengingatkan umat islam akan keharusan membangun persaudaraan, dan kepedulian sosial.
Qurban adalah ibadah yang disunnahkan bagi setiap muslim yang memiliki kelonggaran rezeki, dalam bentuk menyembelih hewan qurban, yang selanjutnya, selain dimakan sendiri juga dibagikan terutama kepada fakir miskin dan kaum dhuafa.
Bagaimanapun secara sosial, qurban langsung dapat menyentuh, dan dirasakan oleh saudara-saudara kita fakir miskin dan kaum dhuafa.
[Baca Juga: Amalan Singkat Tapi Kaya Khasiat Dan Manfaat]
Tidak bisa dipungkiri kini sebagian masyarakat, masih banyak bergelut menghadapi kesulitan hidup, dan berada digaris kemiskinan, sementara sebagian dari kita tidak sedikit juga hidup serba kecukupan.
Sehingga tidak heran marak dijumpai kesenjangan antara si kaya dan simiskin terus menguak.
Melalui momentum iedul qurban inilah diharapkan bisa menjembatani jurang pemisah tersebut, mengurangi kesenjangan sosial dan melebur dalam satu kebersamaan.
Semangat qurban yang dicontohkan Nabi Ibrahim a.s. adalah salah satu upaya pengorbanan untuk mencapai keridhaan Allah SWT, oleh karena itu setiap muslim hendaklah melakukan pengorbanan.
Allah SWT tidak pernah memandang status sosial, apakah seseorang kaya, punya kedudukan,pangkat, jabatan,warna kulit,suku,bangsa dan lain-lain.
Allah SWT hanya memandang siapa yang terbaik adalah mereka yang paling bertaqwa.
Allah SWT Berfirman: “Dan Barangsiapa yang Taat kepada Alah dan Rasul-Nya, Dan takut kepada Allah dan Bertaqwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang-orang yang mendapat Kemenangan”. (QS. An-Nur : 52).
Peristiwa qurban sesungguhnya mendesakkan kasadaran kita, bahwa perayaan iedul qurban yang dirayakan setahun sekali, tidak hanya mengajarkan kita bersemangat untuk saling tolong-menolong diantara sesama, justru semangat berqurban tersebut harus terus-menerus hidup dalam diri kita.
Allah SWT Berfirman: “Dan tolong-menolonglah kalian dalam Kebaikan dan Taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat Dosa dan Pelanggaran. Dan Bertaqwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. Al-Maidah: 2).
Rasulullah SAW Bersabda: "Siapa yang mampu di antaramu untuk Bersedekah, maka lakukanlah, walaupun dengan sebiji kurma, siapa tidak punya harta, maka dengan kalimah Thayyibah." (HR. Muslim).
Tentunya berqurban tidak harus berbentuk penyembelihan hewan, tapi dapat berupa apa saja yang bisa mendorong terwujudnya rasa peduli, terhadap saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan, dalam rangka menjalankan kebaikan untuk meraih ketaqwaan.
Allah SWT Berfirman: “Wahai Manusia Beribadalah kalian kepada Rabb kalian yang telah Menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi Bertaqwa." (QS. Al-Baqarah: 21).
Makna utama ibadah qurban yang berupa kesediaan untuk berkorban, sebagaimana ditunjukkan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Bahwa kecintaan kepada Allah SWT tetaplah harus kita letakkan di atas segalanya, melampaui kecintaan kepada siapapun.
Nabi Ibrahim Alaihi Salam, sangat memahami bahwa apapun perintah Allah SWT wajib ditaati, sami’na wata’na, walaupun tidak selaras dengan akal, karena Allah SWT Maha Mengetahui.
Demikian juga akan menjadi It’bar (pelajaran) berharga bagi setiap muslim, dapat dijadikan inspirasi bagaimana kita berkorban, saling tolong-menolong ,dan peduli terhadap saudara-saudara kita, melakukan kebaikan dengan penuh ikhlas mengharap Keridhaa-Nya,untuk menggapai ketaqwaan.
Mudah-mudahan artikel singkat ini bermanfaat untuk kita semua, Aamiin.
Dipuncak kenabiannya, Nabi Ibrahim a.s. memenuhi perintah Allah SWT, untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya Nabi Ismail a.s.
Atas kekuasaan Allah SWT, secara tiba-tiba justru disembelih saat itu oleh Nabi Ibrahim a.s. telah berganti menjadi hewan qurban, seekor kibas (sejenis domba).
Peristiwa itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang
mentaati perintah-Nya .
Ketaqwaan Nabi Ibrahim a.s. diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan, kepasrahan menyerahkan sepenuhnya dan menghambakan diri penuh keyakinan kepada Allah SWT.
Ibadah qurban itu sendiri bukanlah daging hewan qurban yang akan sampai kepada Allah SWT.
Namun pengorbanan itulah yang mengantarkan kita kepuncak kesempurnaan sebagai hamba-hamba-Nya mencapai ketaqwaan.
Allah SWT Berfirman: “Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kalian. Demikianlah Dia menundukkan-Nya untukmu,Agar kalian mengagungkan Allah, atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang Berbuat Baik.” (QS. Al-Hajj: 37).
Ibadah qurban menjadi sebuah tonggak, yang mengingatkan umat islam akan keharusan membangun persaudaraan, dan kepedulian sosial.
Qurban adalah ibadah yang disunnahkan bagi setiap muslim yang memiliki kelonggaran rezeki, dalam bentuk menyembelih hewan qurban, yang selanjutnya, selain dimakan sendiri juga dibagikan terutama kepada fakir miskin dan kaum dhuafa.
Bagaimanapun secara sosial, qurban langsung dapat menyentuh, dan dirasakan oleh saudara-saudara kita fakir miskin dan kaum dhuafa.
Tidak bisa dipungkiri kini sebagian masyarakat, masih banyak bergelut menghadapi kesulitan hidup, dan berada digaris kemiskinan, sementara sebagian dari kita tidak sedikit juga hidup serba kecukupan.
Sehingga tidak heran marak dijumpai kesenjangan antara si kaya dan simiskin terus menguak.
Melalui momentum iedul qurban inilah diharapkan bisa menjembatani jurang pemisah tersebut, mengurangi kesenjangan sosial dan melebur dalam satu kebersamaan.
Semangat qurban yang dicontohkan Nabi Ibrahim a.s. adalah salah satu upaya pengorbanan untuk mencapai keridhaan Allah SWT, oleh karena itu setiap muslim hendaklah melakukan pengorbanan.
Allah SWT tidak pernah memandang status sosial, apakah seseorang kaya, punya kedudukan,pangkat, jabatan,warna kulit,suku,bangsa dan lain-lain.
Allah SWT hanya memandang siapa yang terbaik adalah mereka yang paling bertaqwa.
Allah SWT Berfirman: “Dan Barangsiapa yang Taat kepada Alah dan Rasul-Nya, Dan takut kepada Allah dan Bertaqwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang-orang yang mendapat Kemenangan”. (QS. An-Nur : 52).
Peristiwa qurban sesungguhnya mendesakkan kasadaran kita, bahwa perayaan iedul qurban yang dirayakan setahun sekali, tidak hanya mengajarkan kita bersemangat untuk saling tolong-menolong diantara sesama, justru semangat berqurban tersebut harus terus-menerus hidup dalam diri kita.
Allah SWT Berfirman: “Dan tolong-menolonglah kalian dalam Kebaikan dan Taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat Dosa dan Pelanggaran. Dan Bertaqwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. Al-Maidah: 2).
Rasulullah SAW Bersabda: "Siapa yang mampu di antaramu untuk Bersedekah, maka lakukanlah, walaupun dengan sebiji kurma, siapa tidak punya harta, maka dengan kalimah Thayyibah." (HR. Muslim).
Tentunya berqurban tidak harus berbentuk penyembelihan hewan, tapi dapat berupa apa saja yang bisa mendorong terwujudnya rasa peduli, terhadap saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan, dalam rangka menjalankan kebaikan untuk meraih ketaqwaan.
Allah SWT Berfirman: “Wahai Manusia Beribadalah kalian kepada Rabb kalian yang telah Menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi Bertaqwa." (QS. Al-Baqarah: 21).
Makna utama ibadah qurban yang berupa kesediaan untuk berkorban, sebagaimana ditunjukkan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Bahwa kecintaan kepada Allah SWT tetaplah harus kita letakkan di atas segalanya, melampaui kecintaan kepada siapapun.
Nabi Ibrahim Alaihi Salam, sangat memahami bahwa apapun perintah Allah SWT wajib ditaati, sami’na wata’na, walaupun tidak selaras dengan akal, karena Allah SWT Maha Mengetahui.
Demikian juga akan menjadi It’bar (pelajaran) berharga bagi setiap muslim, dapat dijadikan inspirasi bagaimana kita berkorban, saling tolong-menolong ,dan peduli terhadap saudara-saudara kita, melakukan kebaikan dengan penuh ikhlas mengharap Keridhaa-Nya,untuk menggapai ketaqwaan.
Mudah-mudahan artikel singkat ini bermanfaat untuk kita semua, Aamiin.